Jumat, 04 November 2011

Yunani yang Malas (?)

Pagi hari yang biasanya disibukkan kuliah AKM di gedung J,jadi santai gara-gara sang dosen dinas ke Samarinda. Maaf OOT, tapi di Samarinda baru saja dibebaskan 14 orang tersangka koruptor, eeeggghhh. Nah, gara-gara santai, saya yang belum mandi dan lupa sarapan ini serta merta meraih koran langganan di atas meja di ruang tengah dan sok-sokan membaca. Kenapa sok? Karena selama ini langganan saya cuma baca headline nya saja. Haha. Sebenarnya salah juga sih, saya masih punya satu kewajiban : bikin artikel ekonomi syariah yang belum juga bisa saya selesaikan karena kesulitan mendapatkan data walau sudah seminggu saya ublek-ublek di internet. Sedang dalam proses pengerjaan sih, hanya saja kepala saya puyeng mikirin yang satu ini dan untungnya tadi malam ditagih dan saya cuekin. Benar-benar salah. Salah besar.

Oke,kembali ke judul. Jujur saya tertarik mengomentari isu yang akhir-akhir ini sering bikin heboh : krisis Eropa. Lagianmemang menarik sih. Sejauh ini yang saya pahami, inti permasalahan krisis ini sebenarnya adalah hutang, dan dari koran yang baru saja saya baca (KOMPAS), rasio hutang Yunani terhadap PDB (Produk Domestik Bruto, a.k.a pendapatan nasional) mereka mencapai lebih dari 152,6 persen. Padahal PDB terakhir (2011) mereka 318 miliar dolar AS. Berarti hutang mereka sekitar 500 miliar dolar AS. GILA. GILA BESAR. OOT lagi : punya Indon nggak sebanyak itu, tapi tetap saja bikin kelingan. Anggaran mereka juga defisit sampai 16.83 persen. Padahal batas aman hutang 60 persen dari PDB, dan defisit anggaran 3 persen. Artinya, keuangan mereka benar-benar parah dan membuat surat-surat hutang mereka tidak laku (dianggap junk bond) dan investor tidak mau memasok dana ke Yunani. Alhasil, Yunani tidak punya masukan dana.

Di titik ini, banyak negara yang beramai-ramai mau membantu Yunani. Katakanlah, kawan-kawan Yunani di Uni Eropa lewat Bank Sentral Eropa, IMF (selanjutnya kedua pihak ini disebut troika), bahkan China, Jepang, sampai Afrika Selatan. Dari pihak-pihak tersebut, yang benar-benar turun tangan adalah Bank Sentral Eropa dan IMF, yang lain ditolak Uni Eropa. Kata teman kos saya, "Gengsi ya, UE dibantu sama China, Jepang, Afsel apalagi~!" Tafsiran bodohnya begitu. Ngek sekali. Dana bantuan pun dicairkan buat Yunani secara bertahap dengan syarat : Yunani harus berhemat, menaikkan pajak dan menurunkan tunjangan sosial. PM Yunani, Papaendrou, setuju. Naaaah~ ini dia. Sebagian besar rakyat Yunani menolak kebijakan ini. Ya iyalah, gamblangnya, tadinya hidup enak, upah berkecukupan, tiba-tiba dipangkas, ribuan pegawai di-PHK, pajaknya naik drastis. Sementara harga barang-barang kebutuhan meroket. Syok. Saya memang tidak mengetahui dengan jelas bagaimana keadaan Yunani secara real. Tapi, kata teman kos saya (lagi) yang punya teman Eropa di forum dunia maya, Eropa memang lagi chaos. Belum Yunani. Mereka menolak berhemat dan tetap ingin berada dalam zona Euro. Kalau kata KOMPAS, "Ini sama saja artinya dengan warga Yunani tak mau berhemat, tetap mempertahankan gaya hidup lama, dan terus berharap bisa dapat sumber hutang." Sekali lagi, ngek sekali. Troika jelas menentang sikap rakyat Yunani ini. Troika maunya, mereka memberi bantuan dengan konsekuensi Yunani harus rela berkorban.

Mencermati gaya hidup orang Yunani, saya memang terheran-heran, gumun kalau orang Jawa bilang. Tahu Hetalia? Anime populer, yang mengangkat personifikasi negara-negara di dunia sebagai tokoh-tokohnya. Saya nonton, dan saya suka. Bagus untuk edukasi, terutama buat para pelajar SMP yang sedang mempelajari sejarah dunia. Anime ini menumbuhkan rasa cinta kepada sejarah, terutama untuk para fangiri, karena tokoh-tokohnya ganteng-ganteng, walau dua dimensi, haha. Hadoh, OOT lagi. Maksud saya, di situ juga ada tokoh Yunani, saya lupa namanya siapa, yang jelas, di anime ini sifat tokoh-tokohnya memang disesuaikan dengan kultur dan budaya negara yang bersangkutan. Di sini Yunani digambarkan sebagai tokoh yang malas, mukanya selalu terlihat mengantuk, selalu berada di dekat kucing, kalau bicara pelan. Sesuai? Untuk sebagian besar image orang Yunani, iya. Setahu saya, hidup mereka memang tidak keras. mencintai ke-santai-an, suka piknik. Maklum, pemerintah mereka memang memanjakan, tunjangan mereka besar, dan ini berasal dari hutang-hutang itu.Yea. Penghasilan Yunani sepertinya sebagian besar dihabiskan untuk memanjakan rakyatnya. Jelas dengan fasilitas-fasilitas melenakan ini, orang Yunani yang terbiasa hidup enak menolak keras penghematan-penghematan, yang artinya mereka harus bekerja lebih giat lagi untuk mencari uang, sekaligus mereka untuk jangka waktu yang panjang tidak bisa piknik. Tiba-tiba jadi ingat budaya mereka yang konon, leluhur kelas atas mereka makan sambil tiduran di ranjang. Pantaslah, haha.

Dengan budaya seperti ini, jelas sulit untuk Yunani keluar dari krisis. Demonstrasi menentang penghematan terjadi di mana-mana, tingkat kriminalitas meningkat drastis. Dari reaksi mereka menentang keras aksi penghematan, saya menduga, orang Yunani masa bodoh dengan krisis ekonomi yang melanda. Mereka hanya tidak mau kehidupan nyaman yang mereka rasakan sebelumnya lenyap sekejap, dan tak ada sinyal dari mereka untuk melancarkan solusi penyelamatan negara mereka dari kebangkrutan. Namun, saya pribadi merasa dugaan ini agak keterlaluan karena sebenarnya yang menentang keras penghematan ini sekitar 60 persen dari rakyat Yunani (by KOMPAS), artinya tidak semua. Haha, lupa bilang. Dan dugaan saya seperti men-judge orang Yunani secara keseluruhan. Hanya berkomentar sebenarnya, dan mencoba sharing untuk mengambil pelajaran dari kasus ini, agar sebagai orang Indonesia, jika nantinya mengalami hal-hal senada (bukan mendoakan), paling tidak masih bisa berpikir jernih untuk berkontribusi menyelesaikan masalah, walau pengaruhnya sangaaat kecil. Itu saja.


Perkembangan terakhir, rencana referendum PM Yunani untuk jajak pendapat menolak atau menerima bantuan troika ditolak habis-habisan, akhirnya dibatalkan. Sekian.

Tidak ada komentar: